Mengalah itu Sebenarnya Meng-Allah

Di suatu pengajian bareng salah seorang budayawan kondang, di sela-sela canda, terucaplah kalimat itu: “Mengalah itu sebenarnya meng-Allah!

Kita ingat dulu kisah Yesus yang budiman, yang disuatu kesempatan berkata: “Kalau kamu ditampar pipi kanan, kasi pipi kirimu.” Perkataan itu jangan dipahami mentah-mentah, apalagi langsung mempraktekannya di jalanan, misalnya dengan meminta orang-orang menampari pipi Anda demi mendalami sifat agung Yesus itu. Kalau Anda pahami benar-benar, perkataan itu sebenarnya menyimpan makna filosofis yang sangat mendalam, yang langsung mengait urat-urat keluhuran sikap dan budi manusia.

Mengalah. Barangkali, bangsa yang paling gemar dan hobi mengalah tak lain dan tak bukan adalah Bangsa Indonesia. Mengalah adalah salah satu sikap budaya kita, bahkan bisa disebut sebagai salah satu sendi penting peradaban besar kita Bangsa Indonesia, yang di bangsa lain belum tentu ada. Mulai dari urusan sepakbola sampai negara, kita selalu dan akan selalu terus mengalah demi menyebarkan cinta kasih dan kemesraan bagi sesama manusia. Kita selalu mengalah dalam segala bidang kehidupan. Hal ini disebabkan karena kita adalah bangsa yang sudah sangat besar, sehingga tidaklah perlu untuk merasa besar, yang ujung-ujungnya hanya akan memicu sifat takabur, ingin selalu menang dan mengangkangi serta mempermalukan bangsa-bangsa lain. Bahkan sama mantan murid kita, yakni Malaysia, yang sudah sukses menempelengi eks gurunya sendiri, kita toh masih selalu suka mengalah. Tawaddu’ dan ikhlas bahasa Islamnya.

Apa yang buruk dari sikap mengalah? Mungkin tidak ada. Apakah kurang ajar kalau saya bilang Allah itu adalah Dzat Yang Maha Mengalah? Kalau iya saya salah, lantas kenapa kok nggak dari dulu-dulu saja Allah memberesi dunia yang penuh dengan pengkhianatan pada-Nya ini, dengan mengadzab manusia secara besar-besaran dan total? Kenapa kok Allah tidak segera membubarkan kehidupan dan menghukum manusia-manusia pelupa, yang dulu ketika di alam sebelum kehidupan sudah berjanji akan selalu bertakwa kepada-Nya, tapi sekarang malah asik memantati Tuhannya. Apa ini berarti Tuhan ini sedang mengalah melawan kedegilan makhluk-makhluk ciptaan-Nya sendiri yang hiperaktif bukan main bernama manusia ini? Soalnya, kalau Tuhan nggak ngalah, sudah tentu habis manusia dan kehidupan ini menerima kemurkaan-Nya. Mengalah itu adalah kebesaran sikap tertinggi.

Allah katanya Maha Penyabar. Nah, sabar itu erat hubungannya sama mengalah. Kalau ada laki-laki di jalan, nggak ngapa-ngapain tiba-tiba dipukul orang gila, tapi laki-laki itu tidak marah apalagi balas memukul, bahkan malah menyenyumi orang gila tersebut, berarti laki-laki itu bisa dipastikan: satu, orang waras, dan dua, orang sabar. Kalau rumah Anda yang tidak ada hujan tidak ada badai tiba-tiba digusur pemerintah karena satu alasan yang tak masuk akal khas pemerintah, lalu Anda mengikhlaskannya lantaran nggak ikhlaspun rumah Anda tetap raib disamping Anda nggak punya kekuasaan sedikitpun, itu Anda sedang bersabar dan mengalah. Anda akan menyadari satu hal ini: betapa pemerintah yang katanya banyak duit itu sebenarnya sangat miskin, sampai rumah Anda yang hanya beberapa petak itu saja digusur, dimakan, disengketakan, bahasa Jawanya diundhat-undhat. Anda kaya, mereka miskin. Anda besar, mereka kerdil.

Jadi salahkah kalau saya katakan bahwa Allah sudah berulang kali ditempelengi umat-Nya sendiri dengan berbagai macam dosa dan serangkaian perbuatan-perbuatan bodoh yang menyakiti hati-Nya, tapi toh Allah selalu sabar, nyantai, dan ngalah. Allah tidak pernah lupa ngasih makan para koruptor, tidak pernah alpa menyediakan minuman bagi para pelacur, tidak menghapus ilmu di kepala para pencoleng yang sudah sukses menggembol berkarung-karung uang rakyat. Bukan berarti Allah kalah melawan umat-Nya sendiri. Allah ngalah. Makanya, sikap mengalah itu bisa juga disebut meng-Allah.

Toh kalau Allah nggak ngalah lawan manusia yang sudah ndak karu-karuan lahir batin ini, kira-kira yang bakal hancur siapa? Hal yang sama berlaku dalam konteks bernegara kita yang semrawut: Kalau rakyat nggak ngalah lawan pemerintah yang dzolim ini, kira-kira siapa yang akan hancur duluan? Kira-kira lagi, siapa yang bakal diadzab Tuhan?

One thought on “Mengalah itu Sebenarnya Meng-Allah”

  1. Allah sll memberikan apa yg dibutuhkan umatNya disaat yang tepat sesuai kehendak-Nya
    rahman dan rahim Allah,,,,
    sedikit yg menyadarinya

Sekata Dua Kata...